Masyarakat
Desa Munggu Gelar Tradisi "Mekotek"
Selain pemandangan alamnya yang sangat
mempesona,terbukti dikenal sampai ke seantero dunia,Bali masih menyimpan
kekayaan tradisi dan budaya dari nenek moyang kita yang masih lestari sampai sekarang.Salah satunya
seperti Gerebek Mekotek atau sering disebut Mekotek di Desa Munggu, Kabupaten
Badung yang masih tetap lestari sampai sekarang yang dirayakan khusus di hari
raya kuningan.(namanya lucu ya…!!??). Prosesi gerebek mekotek ini diikuti oleh
12 banjar setempat di desa Munggu.
Gerebek Mekotek adalah ritual yang
memakai sarana kayu biasanya yang paling banyak dipakai dari jenis pulet yang
dimainkan secara bersama-sama untuk merayakan kemenangan dharma (kebaikan)
melawan adharma (kejahatan). Ritual mekotek biasanya dilaksanakan di
halaman Pura Desa oleh remaja pria atau para bapak-bapak,Masyarakat yang
didominasi oleh pria tua dan muda mengenakan pakaian adat ringan semua membawa
sebilah tongkat kayu berukuran kurang lebih tiga sampai empat meter beriringan
berjalan menuju pura desa.Mendekati areal pura desa mereka saling menyatukan
tongkat yang mereka genggam dengan cara memukul-mukulkan tongkatnya hingga
menyerupai bangunan segi tiga yang menjulang ke langit.Penyatuan ini
menimbulkan suara yang sangat gaduh yang membuat para peserta semakin
bersemangat. Kemudian sambil beramai-ramai tongkat yang sudah menyatu itupun
mereka bawa berputar-putar hingga akhirnya kembali berpisah.Tak jarang
saat tongkat berpencar,beberapa warga terkena tongkat tersebut. tapi tidak
lantas membuat mereka kesal ataupun marah, malahan mereka bangkit kembali
dengan perasaan dan senyum puas.
Para peserta yang kena pukulan tongkat harus
merelakan dirinya untuk naik ke kumpulan tongkat dari para peserta yang
lain.Karena ritual ini sudah sering dilaksanakan dan sudah terbiasa maka
meskipun terkena pukulan tongkat ataupun terjatuh dari ujung kumpulan tongkat
peserta yang ikut tidak boleh ada yang marah.
Menurut penuturan dari temanku yang juga
sesekali ditambahkan oleh bapaknya, ritual yang dilaksanakan setiap enam bulan
kalender bali ini sudah ada sejak tahun 1934. Namun baru mulai dilestarikan
sejak tahun 1946 setelah warga Munggu terbebas dari gerubug atau
wabah penyakit. Konon katanya, saking gembiranya warga terbebas dari penyakit,
saat itu mereka mengacung-acungkan tombak yang mereka miliki.Tombak di mata
penjajah Belanda waktu itu disimbolkan sebagai perlawanan.Namun seiring
perkembangan jaman dan waktu sarana tombak itu sekarang diganti dengan sebilah
kayu.(mungkin karena tombak susah dicari kali ya..?)
Masih menurut penuturan temanku peringatan
Ritual Mekotek harus dilaksanakan bertepatan dengan hari raya kuningan, karena
itu merupakan pawisik yang didapat oleh Raja Mengwi Cokorda Made Munggu,dan
katanya ada pantangan, kalo ritual ini tidak dilaksanakan tidak menutup
kemungkinan Munggu akan terkena gerubug lagi,sehingga ritual itu masih tetap
dilaksanakan hingga sekarang. (ihh ngeri ya…kalo ga di lestarikan).
Makanya,mari kita lestarikan warisan budaya dan tradisi kuno nenek moyang
kita.Melestarikan warisan nenek moyang bukan berarti menjual kan…!!!!
Badung (Antara
Bali) - Ratusan warga masyarakat Desa Munggu, Kabupaten Badung, Bali, menggelar
tradisi "Mekotek" yang juga dikenal dengan istilah
"Ngerebek", bertepatan dengan Parayaan Hari Raya Kuningan.
"Tradisi tersebut dilakukan sebagai simbol kemenangan dan upaya untuk menolak bala yang pernah menimpa Desa Munggu puluhan tahun silam," kata Klian Desa Adat Munggu I Made Rai Sujana saat ditemui di sela-sela tradisi "mekotek" di Desa Munggu, Kabupaten Badung, Sabtu.
"Tradisi tersebut dilakukan sebagai simbol kemenangan dan upaya untuk menolak bala yang pernah menimpa Desa Munggu puluhan tahun silam," kata Klian Desa Adat Munggu I Made Rai Sujana saat ditemui di sela-sela tradisi "mekotek" di Desa Munggu, Kabupaten Badung, Sabtu.
Tradisi itu
diikuti oleh hampir seluruh masyarakat terutama kaum pria di Desa Munggu,
dengan memakai tongkat panjang mengelilingi desa yang terletak di sebelah barat
kabupaten terkaya di Pulau Dewata itu.
Nantinya di setiap persimpangan jalan, para pemuda itu akan berkumpul dan membentuk formasi piramida dengan sejumlah tongkat hingga dijatuhkan ke arah salah satu rekannya.
Nantinya di setiap persimpangan jalan, para pemuda itu akan berkumpul dan membentuk formasi piramida dengan sejumlah tongkat hingga dijatuhkan ke arah salah satu rekannya.
Dalam beberapa
kesempatan, salah satu pemuda akan naik ke piramida tumpukan tongkat tersebut
dan setelah mencapai puncak akan dijatuhkan ke arah salah satu rekannya.
Menutut Rai
Sujana, pada awalnya upacara "Mekotek" diselenggarakan untuk
menyambut armada perang yang melintas di Desa Munggu yang akan berangkat ke
medan pertempuran dan sekaligus sebagai penyambutan pasukan saat kemenangan
perang melawan Blambangan.
"Dulu
upacara ini menggunakan tombak yang terbuat dari besi. Namun seiring dengan
perkembangan zaman dan untuk menghindari peserta yang terluka, maka sejak tahun
1948 tombak besi mulai diganti dengan tombak dari bahan kayu pulet,"
ujarnya.
Sementara itu,
tombak yang asli dilestarikan dan disimpan di pura desa setempat.
"Mekotek" diambil dari kata tek-tek yang merupakan bunyi kayu yang diadu satu sama lain sehingga menimbulkan bunyi.
"Mekotek" diambil dari kata tek-tek yang merupakan bunyi kayu yang diadu satu sama lain sehingga menimbulkan bunyi.
Namun, dalam
kesempatan itu Rai Sujana melarang masyarakat naik ke atas tumpukan piramida
kayu atau "Mekotek" tersebut karena sangat berbahaya. (WDY).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar